Desa terpencil di kabupaten DEMAK yang bermimpi dikenal dunia luar melalui potensi alamnya dan prestasi warganya.
 

Makna Tembang “Sluku-sluku Bathok”



Masjid Agung Demak

Islami.co - Jragung- Sekilas tembang ini terdengar seperti tembang dolanan pada umumnya. Namun sebenarnya tembang tersebut memiliki makna yang luar biasa.


Era global menjanjikan segala kemudahan dalam setiap aspek kehidupan. Melalui fasilitas yang bernama internet, semua bisa didapatkan dengan mudah, misalnya kebutuhan akan sarana transportasi, makanan, informasi pendidikan, bahkan jasa tukang pijat pun dapat terpenuhi dengan memanfaatkan aplikasi pada internet sebagai medianya.
Maka satu-satunya benteng untuk memperkokoh diri dari gempuran globalisasi adalah integritas diri. Dengan intergritas seseorang akan mampu memfilter diri dari paparan negatif teknologi. Era global juga mengakibatkan generasi muda jauh dari lingkungan sosial dan terjerumus asyik pada dunia maya, dunia yang hanya fatamorgana dan menenggelamkan.
Apalagi dalam konteks masyarakat Jawa, banyak anak muda kekinian yang tidak bisa berbahasa dan memahami bahasa Jawa. Padahal bahasa Jawa memiliki sumbang sih yang besar dalam membangun peradaban budaya masyarakat Jawa. Bahkan perkembangan dan pertumbuhan Islam melibatkan bahasa Jawa sebagai media dakwah para penyebar awal Islam di tanah Jawa.
Dahulu anak-anak terlibat dalam lingkungan sosial yang hangat, kegiatan nyata setelah pulang sekolah mampu memupuk karakter positif pada anak. Berbagai macam dolanan (permainan) seperti gobak sodor, jamuran, dakon, nekeran, benthik, engklek, delikan, dan lainnya mampu menginternalisasi karakter kerja sama, komunikatif, jujur, adil, tanggung jawab, kreatif, sportif, dan lainnya.
Sehingga sangat tepat jika para penyebar Islam tanah Jawa (baca: Walisongo) menggunakan pendekatan budaya agar dakwah Islam mudah diterima masyarakat kala itu. Pendekatan yang bersifat alon-alon waton kelakon, tidak frontal, tidak terkesan menggurui, dengan tujuan tidak menimbulkan gejolak dalam masyarakat. Pendekatan tersebut di antaranya melalui simbol-simbol seperti tembang, gamelan, wayang, dan lainnya.
Adapun melalui tembang di antaranya yang masyhur adalah tembang Jawa Sluku-sluku bathok. Sekilas tembang tersebut terdengar seperti tembang dolanan pada umumnya. Namun sebenarnya tembang tersebut memiliki makna yang luar biasa. Tembang ini dinisbatkan kepada Sunan Kalijaga sebagai penciptanya, tetapi pendapat lain ada yang menyebutkan Pangeran Sambernyowo (Mangkunegoro I).
Adapun tembang yang menceritakan tentang hubungan antara manusia dan Tuhannya, serta kewajiban manusia selagi hidup dapat disimak sebagai berikut:
Sluku-sluku bathok
Bathoke ela elo
Si Rama menyang Solo
Oleh-olehe payung motha
Mak jenthit lolo lobah
Wong mati ora obah
Nek obah medeni bocah
Nek urip goleko dhuwit
Sluku-sluku bathok, berasal dari bahasa Arab, usluku suluka bathnaka, artinya jalankanlah, jalankanlah batinmu. Aktifkan batinmu untuk mampu menerima kebenaran dan jalan terang dari Tuhan.
Bathoke ela elo, bathnaka la ilaha illallah, batinmu (melantunkan) la ilaha illallah, tidak ada Tuhan selain Allah. Maksudnya senantiasa berdzikir kepada Allah, baik dalam waktu senang maupun di kala susah, di kala sibuk atau senggang, di kala sehat maupun di waktu tertimpa musibah. Sebab segala peristiwa yang menimpa manusia pasti mengandung hikmah.
Si Rama menyang Solo, sirru ma’a man sholla. Mandilah, bersucilah, kemudian kerjakan sholat. Sholat sebagai manifestasi dari firman Allah Swt:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Oleh-olehe payung motha, la ilaha illallah hayyun mauta, perbanyak dzikir kepada Allah selagi masih hidup, bertobat sebelum datangnya maut. Karena maut bisa datang sewaktu-waktu tanpa permisi.
Mak jenthit lolo lobah, wong mati ora obah, nek obah medeni bocah, nek urip goleko dhuwit. Bila maut menjemput, orang mati itu hanya sak jenthitan (satu tunggingan), setelah itu diam tidak bergerak selama-lamanya. Justru jika bergerak akan menakuti-nakuti anak kecil, sedangkan jika masih hidup adalah tugasnya mencari nafkah yang baik dan halal bagi keluarganya.
Menurut Gus Yahya Cholil Staquf bait terakhir tembang Sluku-sluku bathok tersebut merupakan penjelasan metaforis dari salah satu aforisma dalam kitab Al-Hikam karya Asy-Syaikh Muhammad ibn ‘Athoillah As-Sakandari sebagai berikut:
الاعمال صور قائمة وارواحها وجود سر الاخلاص فيها
Amal itu (barulah) merupakan sosok yang siaga. Nyawanya adalah eksistensi rahasia ikhlas di dalamnya.”
Sungguh luar biasa wewarah (ajaran) yang terdapat dalam tembang Sluku-sluku bathok. Maka menjadi pekerjaan rumah bersama, utamanya para generasi milineal untuk menginformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai dalam tembang tersebut. Melalui kecanggihan teknologi dapat dimanfaatkan untuk saling berbagi dan meneladani konsep tersebut sehingga sebagai andil untuk menjadi pribadi global yang berintegritas serta tetap nguri-uri budaya Jawa yang adiluhungWallahu a’lam.

Read more

Wafatnya Sayidina Ali Korban Kebiadaban Kaum Radikal

Illustrasi
DutaIslam.Com - Jragung - “Hukum itu milik Allah, wahai Ali. Bukan milikmu dan para sahabatmu.”

Itulah teriakan Abdur Rahman bin Muljam Al Murodi (Khawarij) ketika menebas tubuh mulia Sayiduna Ali bin Abi Thalib, -karamallahu wajhah- pada saat bangkit dari sujud shalat Subuh pada 19 Ramadhan 40 H itu.


yang sudah dilumuri racun mematikan seharga 1000 dinar. Tubuh Sayiduna Ali bin Abi Thalib mengalami luka parah, tapi beliau masih sedikit bisa bertahan. Tiga hari berikutnya (21 Ramadhan 40 H) ruh sahabat yang telah dijamin oleh Rasululah Shallahu 'Alaihi Wa Sallam menjadi penghuni surga itu hilang di tangan seorang muslim yang selalu merasa paling Islam.

Ali dibunuh setelah dikafirkan. Ali dibunuh setelah dituduh tidak menegakkan hukum Allah. Ali dibunuh atas nama hukum Allah. Itulah kebodohan dan kesesatan orang Khawarij, yang saat ini telah bermunculan generasi penerusnya.

Tidak berhenti sampai di situ, saat melakukan aksinya Ibnu Muljam juga tidak berhenti membaca Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 207 sebagai pembenar perbuatannya:


وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

Maka sebagai hukuman atas kejahatannya membunuh khalifah Ali, akhirnya Ibnu Muljam divonis hukuman dg diqishas. Proses hukuman mati yang dijalankan terhadap Ibnu Muljam juga berlangsung dengan penuh dramatis. Saat tubuhnya diikat untuk dipenggal kepalanya dia masih sempat berpesan kepada algojo:

“Wahai Algojo, janganlah engkau penggal kepalaku sekaligus. Tetapi potonglah anggota tubuhku sedikit demi sedikit hingga aku bisa menyaksikan anggota tubuhku disiksa di jalan Allah.”

Ibnu Muljam meyakini dengan sepenuh hati bahwa aksinya mencabut suami Sayyidah Fathimah, sepupu Rasulullah, dan ayah dari Al-Hasan dan Al-Husein itu adalah sebuah aksi jihad fi sabilillah.
Seorang ahli surga harus meregang nyawa di tangan seorang muslim yang meyakini aksinya itu adalah di jalan kebenaran demi meraih surga Allah.

Potret Ibnu Muljam adalah realita yang terjadi pada sebagian umat Islam di era modern. Generasi pemuda yang mewarisi Ibnu Muljam itu giat melakukan provokasi-provokasi atas nama jihad di jalan Allah, dengan cara membunuh, membantai,  memerangi sesama bahkan dg melakukan bom bunuh diri yang oleh mereka disebut istisyhadiyah.

Siapa sebenarnya Ibnu Muljam? Dia adalah lelaki yang hafidz (hapal) Al Qur'an, zahid, rajin shalat,  rajin puasa dan mendapat julukan Al-Muqri’, dia jg sekaligus sebagai motivator orang lain untuk menghafalkan Al Qur'an.

Khalifah Umar bin Khattab pernah menugaskan Ibnu Muljam ke Mesir untuk memenuhi permohonan ‘Amr bin ‘Ash untuk mengajarkan hafalan Alquran kepada penduduk negeri piramida itu. Dalam pernyataannya, Khalifah Umar bin Khattab bahkan menyatakan:

“Abdur Rahman bin Muljam, salah seorang ahli Alquran yang aku prioritaskan untukmu ketimbang untuk diriku sendiri. Jika ia telah datang kepadamu maka siapkan rumah untuknya untuk mengajarkan Al Qur'an kepada kaum muslimin dan muliakanlah ia wahai ‘Amr bin ‘Ash” kata Umar.
Meskipun Ibnu Muljam hafal Alquran, berpenampilan regius,  fasih berbicara agama dan rajin beribadah, tapi semua itu tidak bermanfaat baginya.

Ia mati dalam kondisi su’ul khatimah, akibat kesesatannya yang disebabkan kedangkalannya dalam memahami ilmu agama . Afiliasinya kepada pahama Khawarij telah membawanya terjebak dalam pemahaman Islam yang sempit dan dangkal. Ibnu Muljam tergesa2 menetapkan klaim surga  kepada dirinya dan neraka kepada orang lain.

Sehingga dia dengan sembrono melakukan aksi-aksi yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama Islam. Alangkah menyedihkan karena aksi itu diklaim dalam rangka membela agama Allah.

Sadarkah kita bahwa saat ini telah lahir generasi-generasi baru Ibnu Muljam yang bergerak secara massif dan terstruktur. Mereka adalah kalangan saleh yag menyuarakan syariat dan pembebasan umat Islam dari kesesatan. Mereka menawarkan jalan kebenaran menuju surga Allah dengan cara mengkafirkan sesama muslim. Ibnu Muljam gaya baru ini lahir dan bergerak secara berkelompok untuk meracuni generasi-generasi muda Indonesia. Sehingga mereka dengan mudah mengkafirkan sesama muslim, mereka dengan enteng menyesatkan kiai dan ulama.

Tanpilan luar mereka cukup religius bahkan tampak ada bekas sujud di dahi. Mereka gar membaca Al Quran, dan pandai berdalil dengan Al Qur'an. Namun sesungguhnya mereka adalah kelompok yang merugi. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits telah mewaspadakan kemunculan generasi Ibnu Muljam ini:



يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنْ أُمَّتِي يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَيْسَتْ قِرَاءَتُكُمْ إِلَى قِرَاءَتِهِمْ ، وَلا صَلاتُكُمْ إِلَى صَلاتِهِمْ شَيْئًا ، وَلا صِيَامُكُمْ إِلَى صِيَامِهِمْ شَيْئًا ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسَبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهُمْ ، لا تَجَاوَزُ صَلاتَهُمْ تَرَاقِيَهُمْ ، يَمْرُقُونَ مِنَ الإِسْلامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ

bacaan kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bacaan mereka. Demikian pula shalat kalian daripada shalat mereka. Juga puasa mereka dibandingkan dengan puasa kalian. Mereka membaca Al Quran dan mereka menyangka bahwa Al Quran itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al Quran itu adalah (bencana) atas mereka, yakni mereka mengira Al Qur'an membenarkan mereka,  padahal mereka bertentangan. Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah yang melesat dari sasaran buruannya. (HR. Muslim : 1068).

Kebodohan kepada ilmu agama dan perasaan paling benar sendiri mengakibatkan mereka jatuh kepada kesesatan merasa berjuang membela agama Islam padahal hakikatnya mereka sedang merobohkan Islam dan kaum muslimin dari dalam

Waspadalah kepada gerakan generasi penerus Ibnu Muljam ini. Ingat , Khawarij akan terus muncul sampai Dajjal keluar.

Jangan sampai generasi kita terracuni oleh virus Ibnu Muljam gaya baru. Jauhi radikalisme dan ekstrimisme dalam beragama. Perangi terorisme yang dibungkus dengan kita jihad fi sabilillah. Mereka bukan mujahid tapi khawarij gaya baru. Sudah terlalu banyak korban akibat ulah mereka. Islam dan ajaran Islam menjadi tercoreng krn ulah mereka.

Islam itu agama Rohmatan Lil Alamin.

Read more

Berhati hatilah dalam memahami hadist tentang IMAM MAHDI



Jragung - Di antara tanda-tanda akhir zaman adalah kemunculan Imam Mahdi. Pada umumnya, umat Islam percaya akan kedatangannya. Hanya sebagian kecil yang tidak percaya karena meragukan kesahihan riwayat tentang Al-Mahdi.


Terlepas dari pro kontra tentang kesahihan riwayat, belakangan, ada kelompok yang menggunakan cerita kedatangan Al-Mahdi untuk mempengaruhi umat Islam agar mendukung gerakannya. Mereka meyakinkan umat Islam bahwa sekarang sudah akhir zaman. Akan terjadi banyak fitnah dan kekacauan. Umat Islam hanya punya dua pilihan memilih menjadi pengikut Dajjal atau pengikut Al-Mahdi. Jika ingin selamat, umat Islam hendaknya bergabung dengan pendukung Al-Mahdi.


Mereka sendiri mengaku merupakan calon pendukung Al-Mahdi, ketika Al-Mahdi muncul. Untuk menyambut kedatangan Al-Mahdi, mereka menyusun kekuatan bersenjata agar ketika Al-Mahdi datang, mereka siap menjadi pendukung yang kuat. Mereka juga mengajak umat Islam pindah ke negara-negara yang mereka kuasai, seperti sebagian Suriah, dengan alasan “hijrah ke negara Islam”. Menurut mereka, hanya di sana keselamatan pada akhir zaman. Di sana Al-Mahdi akan turun memimpin dunia. Lalu seperti apa sebenarnya cerita tentang Al-Mahdi?


Keterangan datangnya Imam Mahdi bersumber dari hadis-hadis Nabi saw. Di antara ahli hadis yang meriwayatkan hadis tentang Al-Mahdi adalah Abu Daud, Al-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, Al-Thabarani, dan Abu Ya’la. Sanad hadis mereka sampai pada sejumlah sahabat seperti Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Thalhah, Abdullah bin Mas’ud, Abu Hurairah, Abu Sa’id Al-Khudri, Ummu Habibah, Ummu Salamah, Tsauban, Qurrah bin Iyas, Ali Al-Hilali, Abdullah bin Haris bin Jaz’i. Sanad yang menghubungkan antara ahli hadis dengan para sahabat bernaneka macam kualitasnya. Ada yang sahih, hasan, dan adapula yang daif (Aun Al-Ma’bud Syarah Sunan Abi Daud, jilid 11, hlm. 243). Al-Mubarakfuri (w. 1353 H.) menyatakan bahwa ada banyak sekali riwayat tentang Al-Mahdi. Kebanyakan berstatus daif. (Tuhfat Al-Ahwadzi Syarah Sunan Al-Tirmidzi, jilid 6, hlm. 402).


Al-Tirmidzi meriwayatkan tiga hadis tentang Al-Mahdi. Salah di antaranya bersumber dari sahabat Abdullah bin Mas’ud.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ العَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي

Dari Abdullah bin Mas’ud yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak kiamat dunia ini sampai seorang laki-laki dari ahli baitku menguasai bangsa Arab. Namanya sesuai dengan namaku. (HR. Al-Tirmidzi)


Menurut Al-Mubarakfuri, riwayat Al-Tirmidzi di atas adalah salah satu yang berkualitas sahih di antara hadis-hadis tentang Al-Mahdi. Al-Tirmidzi meriwayatkan tiga buah hadis mengenai Al-Mahdi. Abu Daud meriwayatkan sebelas hadis. Ibnu Majah meriwayatkan tujuh buah hadis. Ibnu Majah meriwayatkan tujuh buah hadis. Dari riwayat Al-Tirmidzi, dapat dipahami beberapa ciri Al-Mahdi. Pertama, berasal keturunan keluarga Nabi saw. Kedua, dia akan menguasai bangsa Arab atau seluruh dunia Islam menurut sebagian penafsiran. Ketiga, namanya sesuai dengan nama Nabi saw. Muhammad bin Abdullah.
Azhim Abadi (w. 1329 H.) menyatakan bahwa munculnya Al-Mahdi di akhir zaman merupakan keyakinan umat Islam selama berabad-abad. Ciri-cirinya di antaranya: (1) ia berasal dari Ahli Bait, (2) kedatangannya akan menguatkan agama Islam, (3) meratakan keadilan, (4) diikuti umat Islam, (5) menguasai negeri-negeri Islam, (6) bernama Al-Mahdi, (7) kemunculannya diikuti kemunculan Dajjal, (8) lalu kemunculan Nabi Isa, (9) dan Isa menjadi makmum Al-Mahdi dalam salat (Aun Al-Ma’bud Syarah Sunan Abi Daud, jilid 11, hlm. 243).


Menurut Syekh Ali Jumah, di antara tanda Al-Mahdi adalah Allah akan menanamkan cinta dalam hati umat Islam kepada Al-Mahdi (an yulqiya allah fi qulubihim al-mahabbah). Ini adalah ciri yang penting untuk mengidentifikasi Al-Mahdi. Karena, telah banyak kelompok yang mengaku sebagai gerakan Al-Mahdi. Mereka meyakini pemimpinnya adalah Al-Mahdi. Padahal, mereka hanya membaca sebagian tanda-tanda Al-Mahdi. Tanda terakhir, yaitu dicintai oleh seluruh umat Islam, tidak terpenuhi.


Al-Suyuthi mencatat bahwa dalam sejarah umat Islam, terdapat banyak kelompok yang mengklaim sebagai gerakan Al-Mahdi. Menurutnya, semua itu bentuk kebohongan belaka karena ketika diukur berdasarkan kriteria-kriteria di atas selalu ada yang kurang alias tidak cocok. Kelompok-kelompok tukang klaim tersebut mempermainkan dalil-dalil agama seperti anak-anak memainkan mainannya.


Mereka berusaha mencocok-cocokkan ciri-ciri pemimpin serta kelompoknya dengan Al-Mahdi dan pendukungnya. Ciri tukang klaim tersebut, kata Al-Suyuthi, adalah mereka membuat standar keimanan sendiri bahwa umat Islam yang mendukungnya sebagai mukmin dan yang menolak bergabung bersama mereka disebut kafir. Ciri lainnya, mereka berani membunuhi para ulama (Al-Suyuthi, Syarah Sunan Ibn Majah, jilid 1, hlm. 300).


lalu, bagaimana sikap kita terhadap isu Al-Mahdi? Para ahli hadis menyapakati adanya hadis-hadis tentang Al-Mahdi. Sebagian di antaranya sahih, hasan, daif dan ada pula yang maudhu. Sekalipun kedatangan Al-Mahdi dapat diterima berdasarkan hadis-hadis Rasulullah saw., kita tidak dapat memastikan kapan Al-Mahdi akan muncul. Menyikapi fenomena penggunaan hadis-hadis Nabi saw. dan khususnya berita tentang Al-Mahdi, untuk mendukung perjuangan kelompok tertentu.


hendaknya kita berhati-hati agar tidak terjatuh dalam pusaran fitnah, konflik dan pertumpahan darah. Rasulullah saw. mewasiatkan ketika menghadapi masa-masa fitnah, umat Islam hendaknya menjaga diri agar tidak terlibat di dalamnya. Wallahu A’lam. 
Sumber : Duta Islam



Read more

Fanatik NU..? Kenapa tidak!!





DutaIslam.Com - Orang boleh bilang, "NU hanya organisasi, kenapa harus Fanatik NU?" Boleh saja orang bilang begitu, jika dia tidak sadar sejarah, tidak sadar khazanah keilmuan Islam di Nusantara, jika tidak tahu kearifan muslim Nusantara, jika tidak memahami "partarungan" yang nyaris merobohkan Indonesia.

Pertama Sejarah:
Pada tahun 1924-1925 keluarga Saud menaklukkan Hijaz. Mereka melarang selain mazhab Hambali berlaku di Makah dan Madinah. Ini terjadi intoleransi yang akut.


Komite Hijaz (cikal bakal NU) meminta raja Saud agar mazhab Hanafi, Maliki dan Syafi'i dibolehkan di Haromain.

Dalam rangka "pemurnian Islam" wahabi membongkar situs-situs Islam, seperti makam para Sohabat, para wali. Bahkan kubah makam Rasululloh SAW pun hendak mereka bongkar, namun tidak jadi karena perjuangan NU.

Sejarah kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari mobilitas masa yang menjadi milisi dan pejuang kemerdekaan, oleh kiyai kiyai Pesantren NU.

Sudah jadi rahasia umum: Siapa penggerak resolusi jihad yang menimbulkan perang akbar melawan sekutu di Surabaya 10 November? Bung Tomo itu santri NU.

Pada tahun 1960 Bung Karno mengakomodasi PKI dalam politik NASAKOM  (Nasionalisme, Agama, Komunis). Nasionalis diwakili PNI, Komunis diwakili PKI dan agama diwakili NU.
Semua organisasi agama saat itu tidak mau gabung Nasakom. Alasannya: Politik sesat dan membahayakan.

NU tahu itu. Tapi kalau dibiarkan komunis menempel bung Karno, siapa yang akan menghalangi dan meminimalisir?

Maka NU walau pun waktu itu KH Syaekhu difitnah penjilat pantat Soekarno. Terus menempel Soekarno. Alasannya sangat ushuli:

 ارتكاب أخف الضررين
"Memilih kemadaratan yg minim dari dua madarat."

Ternyata cukup berhasil.

Di era ORBA, NU awalnya bernafas lega bisa join dengan regim Soeharto, setelah bersama ABRI menghabisi PKI. Tapi ternyata pahit. Soeharto banyak menghabisi NU. Mencurigai NU yg jadi lumbung partai PPP, dan anti GOLKAR partai pemerintah. Banyak muballig NU yg ditangkap karena kritis pada pemerintah.

Baru pada tahu 90-an Soeharto mendekati NU karena ditinggalkan Amerika, paska bubarnya Uni Sovyet. Dan di awal tahun 80-an saat deparpolisasi, NU lah yg pertama menerima asas tunggal PANCASILA.

Ketika reformasi bergulir, Indonesia oleh Barat nyaris dikatakan bubar. Kepemimpinan BJ Habibi membuat desintegrasi; lepasnya Timor Leste.

Gus Dur jadi presiden dengan jurus jurus "dewa mabuk" sulit dipahami rakyat. 

Tapi ia menyelamatkan Indonesia tetap menjadi Indonesia. 
Sekarang terasa ketika Gus Dur tiada: Syi'ah sulit dikendalikan, radikalisme merangkak membengkak, kristenisasi semakin marak. 

Gus Dur menghentikan syi'ah dengan kata-kata: "Syi'ah itu NU plus imamah, NU itu syi'ah minus imamah". (hingga orang syi'ah tertipu dengan tidak mau dakwah syi'ah). 
Kristenisasi dibendung dengan tipuan Gus Dur: semua agama benar (para misionaris kendur dalm misi kristenisasinya). Itulah Gus Dur...




Era Jokowi
Radikalisme mengancam NKRI semakin terasa dan memfakta. Pemerintah berlindung kepada NU. Dan NU kembali dirasakan kehadirannya.

Hari Ini
Hari ini berbondong bondong dari berbagai negara datang: ingin belajar berislam alaa NU. Karena Islam di Timur Tengah rentan dengan konflik. Gampang dibikin jadi pemberontak terhadap pemerintahnya yg sah contoh: Suriah, Irah, Libya, Yaman, dan yg "hanet hanet jahe" di Saudi, Mesir dll...

Pulang: mereka mendirikan NU. Sudah lebih 46 cabang NU di luar negeri. Bahkan Singapura pun datang bertanya menelisik ttg Islam alaa NU.

Khazanah Keilmuan NU
Di manakah pusat NU?
Di semua Pesantren NU!!!
Di sana diajarkan kitab-kitab keislaman berstandar Sunni Internasional:
Jurumiyah, Kailani, Alfiyah, Jauhar Maknun, Mugni Labib, Sulam Munauroq. Waroqot, Jam'ul Jawami. Ihya Ulumidin, Hikam, Jalalain dll sudah jadi khas kitab kitab Pesantren NU.
Dan kitab-kitab tersebut jadi pegangan pula di Universitas al Azhar Mesir.

Oleh karena itu, maka ketika mutamar NU, datanglah mbah mbah ulama Timur Tengah: Syeikh Wahbah Zuhaili imam Nawawinya jaman now pun datang, dan juga syeikh syiekh lainnya.
Apa Anda meragukan keilmuan orang NU dalam keilmuan Islam??? Cari ormas selain NU di Indonesia yg mengajarkan dan cakap baca kitab Jam'ul Jawami imam Subki?

Kiyai-kiyai kita pada cakap ilmu ilmu nahwu, sorof, balaghoh, ushul fiqih, mantiq, fiqih dan tafsir: ilmu syari'at. Lalu mereka mengamalkan dengan ilmu hakikat, thoriqoh, ilmu tasawwuf... Mereka orang NU. Dan saya sadar jika harus mempertahankan dan membela NU...

NU adalah perahu besar. Kata santri Jombang: KH Hasyim Asy'ari sebelum mendirikan NU, solat istikhoroh 3 tahun!!! [dutaislam.com/ed]


Sumber : Duta Islam
Read more

AIR ZAM ZAM

Read more

Surga dan Neraka Membuat Lupa Pengalaman Hidup di Dunia


Jragung - Karangawen - Demak -- Allah menggambarkan kehidupan dunia ini sebagai senda gurau dan permainan belaka. Sementara kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang sebenarnya. Artinya, Allah mengkondisikan kita untuk memandang dunia dengan santai tidak terlalu serius. Karena di dunia ini tidak ada keadaan yang benar-benar bisa dikatakan bahagia atau sebaliknya sedih. Di dunia ini tidak ada keberhasilan hakiki maupun kegagalan sejati. Segala sesuatu di dunia ini bersifat fana alias sementara. Kadang seseorang bahagia kadang seseorang sedih. Kadang ia berhasil kadang ia gagal. Itulah dunia dengan segala tabiat sementaranya.
Sebaliknya dengan kehidupan dunia, kehidupan akhirat merupakan kehidupan sejati. Tidak ada orang berbahagia di akhirat untuk jangka waktu singkat saja. Dan tidak ada pula yang mengalami penderitaan sementara saja, kecuali Allah menghendaki selain itu.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)
Allah ta’aala menghendaki agar orang bertaqwa memandang kehidupan akhirat dengan penuh kesungguhan karena di sanalah kehidupan sejati akan dijalani manusia. Sedangkan terhadap dunia Allah ta’aala menghendaki orang bertaqwa agar berlaku proporsional saja dan tidak terlampau ngoyo dalam meraih keberhasilannya. Sebab kehidupan dunia ini Allah ta’aala gambarkan sebagai tempat dimana orang sekedar bermain-main dan bersenda-gurau.


Namun dalam kehidupan kita dewasa ini kebanyakan orang malah sangat serius bila menyangkut urusan kehidupan dunia. Mereka siap mengerahkan tenaga, fikiran, dana dan waktu all out untuk menggapai keberhasilan duniawinya. Sedangkan bila menyangkut urusan akhirat mereka hanya mengerahkan tenaga dan waktu sisa, fikiran sampingan serta dana receh. Jika hal ini terjadi kepada kaum kafir alias tidak beriman kita tentu bisa maklumi. Tapi di dalam zaman penuh fitnah ini tidak sedikit saudara muslim yang kita saksikan bertingkah dan berpacu merebut dunia laksana  kaum kafir. Allah memang menggambarkan bahwa kaum yang tidak beriman sangat peduli dan faham akan sisi material kehidupan dunia ini. Namun mereka lalai dan tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kehidupan akhirat.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)
Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat nanti manusia akan menyadari betapa menipunya pengalaman hidupnya sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia  menikmati kesenangan maupun menjalani penderitaan. Kesenangan dunia sungguh menipu. Penderitaan duniapun menipu.
Saat manusia berada di alam akhirat barulah ia akan menyadari betapa sejatinya kehidupan di sana. Kesenangannya hakiki dan penderitaannya sejati. Surga bukanlah khayalan dan sekedar dongeng orang-orang tua di masa lalu. Begitu pula dengan neraka, ia bukan suatu mitos atau sekedar cerita-ceirta orang dahulu kala. Surga dan neraka adalah perkara hakiki, saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan dengan deskripsi yang sangat kontras dan ekstrim mengenai betapa berbedanya tabiat pengalaman hidup di dunia yang menipu dengan kehidupan sejati akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:

“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)

Mengapa orang pertama ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kebaikan serta merasakan suatu kenikmatan, padahal ia adalah orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah paksa dia merasakanderita sejati neraka –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala kenikmatan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Sebaliknya, mengapa orang kedua ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kesulitan atau merasakan suatu kesengsaraan, padahal ia orang yang paling susah hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah izinkan dia merasakan kesenangan hakiki surga –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala penderitaan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Subhaanallah wa laa haula wa laa quwwata illa billah…!!!

Saudaraku, sungguh kehidupan dunia ini sangat tidak pantas kita jadikan ajang perebutan dan perlombaan. Sebab menang di dunia pada hakikatnya hanyalah menang yang menipu. Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia hanyalah kalah yang menipu. Saat manusia diperlihatkan surga dan neraka di akhirat kelak, sadarlah ia betapa naifnya perlombaan merebut keberhasilan dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hakiki dan abadi surga yang jauh labih patut ia kejar dan usahakan semaksimal mungkin.  Sadarlah ia betapa lugunya ia saat di dunia berusaha mengelak dari segala derita dan kesusahan dunia jika dibandingkan dengan derita sejati dan lestari neraka yang jauh lebih pantas ia berusaha mengelak dan menjauh darinya.
Pantas bila Allah gambarkan bahwa saat sudah dihadapkan dengan azab neraka orang-orang kafir bakal berharap mereka dapat menebus diri mereka dengan sebanyak apapun yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya pada saat itu mereka tidak sanggup dan tidak berdaya.

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.” (QS Al-Maaidah ayat 36)

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia puncak cita-cita kami dan batas pengetahuan kami. Amin ya Rabb.-
Sumber : Era Muslim
Read more

Berbaiat Dengan Imam Mahdi



Jragung - Karangawen - Demak --- Berbagai bagian dari ummat Islam yang ditaqdirkan Allah ta’aala hidup di babak keempat perjalanan sejarah ummat ini, maka kita harus bersiap siaga mengantisipasi kemunculan Imam Mahdi. Babak keempat merupakan babak mulkan jabriyyan(para penguasa yang memaksakan kehendak). Inilah babak di mana ummat Islam mengalami giliran kekalahan sedangkan kaum kuffar mendapat giliran memimpin dunia. Allah ta’aala izinkan mereka untuk membangun suatu peradaban penuh fitnah. Peradaban kafir ini akan mencapai puncaknya tatkala fitnah paling dahsyat sepanjang zaman telah hadir, yaitu fitnah Dajjal. Bahkan Godless Civilization ini bakal menobatkan Dajjal sebagai pemimpin dunia ketika ia muncul.
Jadi, bila ummat Islam merasakan begitu banyak kezaliman yang berlangsung di dunia dewasa ini bukanlah perkara yang aneh. Sebab memang keadaan ini telah di-nubuwwah-kan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam lima belas abad yang lalu. Inilah babak di mana kezaliman merajalela. Inilah babak di mana fitnah demi fitnah bermunculan hingga datangnya puncak fitnah, yaitu Dajjal. Sebab semua fitnah yang berlaku di dunia merupakan pengantar menuju puncak fitnah, yaitu Dajjal.
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ
ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Suatu ketika ihwal Dajjal disebutkan di hadapan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam kemudian beliau bersabda:”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal), dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali untuk fitnah Dajjal.” (HR Ahmad 22215)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَهْبَطَ اللَّهُ إِلَى الأَرْضِ
مُنْذُ خَلَقَ آدَمَ إِلَى أَنْ تَقُومَ السَّاعَةُ فِتْنَةً أَعْظَمَ مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ
“Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat- fitnah yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal.” (HR Thabrani 1672)
Mengingat bahwa babak mulkan jabriyyan merupakan babak paling kelam dalam sejarah ummat Islam, maka niscaya keluarnya Dajjal akan terjadi pada babak ini. Para pendukung peradaban kafir sampai berani mensosialisasikan isyarat kemunculan calon pemimpin mereka di dalam lembar uang kertas mereka..! Coba perhatikan simbol The Great Seal yang ada dalam lembaran uang kertas satu dollar Amerika Serikat.

Di dalamnya terdapat gambar piramida yang tidak sempurna di mana pucuknya raib laksana nasi tumpeng yang terpotong bagian atasnya. Piramida tersebut merepresentasikan struktur dan sistem dunia dewasa ini. Dunia diarahkan menjadi bak satu struktur dengan sistem piramida. Namun sistem itu belum memiliki pimpinan. Di bawah piramida tertulis Novus Ordo Seclorum, bahasa Latin yang berarti ”New World Order”. Mereka bermaksud membangun sebuah kehidupan berupa satu “Tatanan Dunia Baru”. Inilah yang dikatakan oleh Ahmad Thompson sebagai Sistem Dajjal. Suatu peradaban yang nilai-nilainya secara diameteral bertentangan dengan nilai-nilai Kenabian. Suatu dunia di mana segenap lini kehidupan berjalan dan tunduk kepada nilai-nilai Dajjal.
Di atas piramida tertulis Annuit Coeptis yang berarti “Usaha/persembahan kita direstui si Mata Tunggal”. Mereka sangat yakin bahwa semua upaya mewujudkan Tatanan Dunia Baru mendatangkan keridhaan si Mata Tunggal. Pimpinan piramida digambarkan berupa sebuah ”mata tunggal” dalam segitiga yang diletakkan berjarak sedikit di atas pucuk piramida tersebut, seolah menyatakan bahwa pimpinan belum ada tapi sudah jelas bakal segera datang. Bagi ummat Islam isyarat mata tunggal tidak lain berarti Dajjal.
وَأَنَّ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ مَمْسُوحُ الْعَيْنِ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مَكْتُوبٌ
كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ كَاتِبٍ وَغَيْرِ كَاتِبٍ
“Dan sesungguhnya Dajjal itu bermata satu; sebelah matanya tidak nampak. Di antara kedua matanya tertulis “kafir”yang terbaca oleh setiap mu’min yang mengerti baca-tulis ataupun tidak.” (HR Ahmad 26298)
Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa syarat untuk sanggup mendeteksi kebatilan Dajjal dan sistemnya bukanlah intelektual atau tidaknya seseorang, melainkan murni atau tidaknya iman di dada. Sistem penuh kezaliman ini akan diizinkan Allah ta’aala berlaku beberapa saat untuk selanjutnya dihancurkan dan digantikan dengan sistem yang Allah ta’aala ridhai di babak kelima, yaitu babak khilafatun ’ala minhaj An-Nubuwwah.
Allah ta’aala tidak akan membiarkan dunia kiamat sebelum kebatilan mengalami kekalahan dan kehancuran serta kebenaran Al-Islam tegak dan dirasakan keadilannya di seantero dunia. Inilah peranan yang akan dimainkan oleh Imam Mahdi beserta kaum muslimin yang berbaiat menjadi pasukannya.
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا يَوْمٌ لَطَوَّلَ اللَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ حَتَّى يَبْعَثَ فِيهِ
رجل مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمُ أَبِي
يَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا
“Andaikan dunia tinggal sehari sungguh Allah ta’aala akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang lelaki dari ahli baitku namanya serupa namaku dan nama ayahnya serupa nama ayahku. Ia akan penuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman dan penganiayaan.” (HR Abu Dawud 9435)
Bila Al-Mahdi telah muncul setiap muslim diwajibkan untuk segera ber-baiat kepadanya. Bagaimanapun situasinya, setiap muslim mesti berusaha untuk memastikan dirinya bergabung ke dalam pasukan yang dipimpin oleh Imam Mahdi. Di bawah komando beliaulah ummat Islam akan diajak bersama meninggalkan babak keempat penuh kezaliman ini menuju tegaknya babak kelima penuh keadilan kelak. InsyaAllah.
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ
“Ketika kalian melihatnya maka ber-bai’at-lah dengannya walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju karena sesungguhnya dia adalah Khalifatullah Al-Mahdi.” (HR Ibnu Majah 4074)
Mengapa Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaihi wa sallam mengatakan “walaupun harus merangkak-rangkak di atas salju”? Sebab pada masa itu keadaannya sangat sulit. Bila kondisi dunia masih seperti dewasa ini boleh jadi berbagai media-massa justru menjuluki Imam Mahdi sebagai pimpinan teroris sebagaimana media kuffar 5-10 tahun lalu menjustifikasi Usamah bin Laden sebagai the number one terrorist in the world.

Siapapun yang berfikir untuk ber-baiat dengan Imam Mahdi pastilah berada dalam ancaman dituduh sebagai teroris pula. Hanya muslim-mu’min yang selalu mengharapkan ridho Allah ta’aala semata akan bersegera bergabung dengan Imam Mahdi. Sedangkan muslim yang selama ini sibuk mendahulukan ridho manusia daripada ridho Allah ta’aala dapat dipastikan tidak akan bersegera ber-baiat dengannya. Bahkan sangat mungkin mereka malah akan berfihak kepada barisan yang memerangi Al-Mahdi dan kaum muslimin yang dipimpinnya. Wa na’udzu billahi min dzaalika.-
Sumber : Era Muslim

Read more

Yang merasa banyak Dosanya





“Wahai Anak Adam, seandainya dosamu membumbung setinggi langit lalu engkau memohon ampunan kepada-Ku, pasti Aku ampuni semuanya. Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan membawa kesalahan seluas bumi, lalu menemui-Ku dan tidak menyekutukan-Ku, pasti Aku mendatangimu dengan ampunan seluas bumi pula.” (HR. Tirmidzi).

 Jragung - Karangawen - Demak --- Jangan mengira orang-orang beriman bebas dari ujian dan cobaan hidup.  Setiap orang beriman pasti diuji keimanannya. Diantara orang beriman ada yang tergelincir karena tak kuat menahan godaan dan cobaan hidup. Ingat, Syaitan tak akan pernah berhenti menggoda manusia, karena syaitan adalah musuh manusia yang paling nyata.
 Jangankan orang biasa, Adam dan Hawa pun pernah terusir dari Surga setelah terbujuk rayuan Syaitan dengan memakan buah khuldi. Kemudian Adam as memohon ampun selama 40 tahun. Seperti inilah doanya Nabi Adam as dengan penuh harap.
“Ya Tuhan kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.”
Doa Nabi Adam dan Hawa ini mengandung banyak pelajaran, bahwa seseorang yang telah melakukan dosa, harus menyadari bahwa dosa itu adalah karena perbuatan dan kesalahanya sendiri, bukan kesalahan orang atau pihak lain. Nabi Adam tidak menyalahkan Iblis yang telah menggodanya, tapi dia menyalahkan dirinya sendiri.
Selain itu, doa Nabi Adam dan Hawa ini juga mengajarkan kepada kita untuk tidak berputus asa mengharap rahmat dan ampunan Allah. Iblis berputus asa dari ampunan Allah, hingga dia tidak mau lagi memohon ampunan dari Allah atas kesalahannya. Itulah bedanya iblis dengan Nabi Adam.
Harta-Tahta-Wanita



Ada ungkapan yang mengatakan, harta, tahta dan wanita adalah godaan  manusia yang membuat orang-orang beriman futur dan tergelincir. Terjerumus dosa besar, baik yang ia sadari maupun tak disadari. Ketika orang beriman tergelincir, diantara mereka ada yang merasa hidupnya hancur, putus asa, dan dijauhkan dari masyarakat.
Belum lagi, kaum agamawan yang lebih memunculkan ayat ancaman dan hukuman keras, ketimbang memberi harapan dan membesarkan jiwa bagi orang-orang yang bertobat. Kaum agamawan acapkali mengucilkan kaum pendosa, ketimbang merangkul dan mendakwahkan kaum pendosa untuk kembali pada fitrahnya.
Itulah yang kisahkan Rasulullah Saw, seperti yang diriwayatkan Abu Sai Al-Khudri. “Dahulu, diantara Bani Israil terdapat seorang pria yang telah membunuh 99 manusia. Suatu hari, dia keluar untuk bertobat. Orang itu bertanya kepada seorang pendeta, “Apakah dosa saya terampuni jika bertobat?” Pendeta itu menjawab, “Tidak mungkin”. Orang itu lalu membunuh pendeta tersebut hingga genap menjadi 100 orang yang ia bunuh.
 Pembunuh itu tadi kemudian terus berusaha mencari harapan dengan bertanya tentang kemungkinan dosanya terampuni. Kemudian bertemulah orang bijak seraya berkata kepadanya,”Jika ingin bertobat, datangilah negeri ini dan itu.” Dia pun menurutinya. Namun, di tengah perjalanan, ia meninggal. Malaikat rahman dan malaikat azab berdebat, memperebutkan lelaki yang ingin bertobat itu.
Kemudian Allah mewahyukan  kepada negeri yang ditujunya seraya memerintahkan kepada kedua malaikat tersebut. “Ukurlah jarak antara dua negeri tersebut.” Didapati ternyata orang tersebut lebih dekat satu depa dengan negeri yang ditujunya. Hingga dosanya pun terampuni.
Dari kisah ini, hendaknya menjadi ibrah atau pelajaran. Orang yang tergelincir dan ingin bertobat itu bukan malah dijauhi, apalagi ditakuti-takuti. Berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang mensucikan dirinya. Ingatlah firman Allah yang berbunyi:
Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).
Suatu ketika Abu Musa Al-Asy’ari menghukum seorang yang minum khamar (miras) dengan menghitamkan wajahnyam mencukur rambutnya, dan memerintahkan agar orang-orang menjauhinya dan tidak berinteraksi dengannya.
Mendengar hal itu, Umar bin Khaththab ra berang  dan mengancam Abu Musa. Apabila orang yang dihukum tersebut tidak dikembalikan hak-haknya untuk bergaul dengan sesama muslim yang lain, maka Umar akan menghitamkan wajah Abu Musa dan mencukur rambutnya. Akhirnya, orang tersebut kembali bisa berinteraksi dengan masyarakat.
Sesungguhnya, tobatnya orang-orang beriman yang tergelincir bisa membangkitkan rasa percaya diri dan menghapus dosanya. Seseorang pun kembali memperbarui keimanan dan keislamannya. Maka, dakwahilah mereka, besarkan jiwanya, dan berilah harapan yang besar bahwa Allah Maha Pengampun, Pengasih dan Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.
Kasih Sayang Allah



Di keheningan malam, seorang pendosa bermunajat dan memohon ampun kepada Tuhan-nya dengan penuh harap dosa-dosanya terampuni, “Ya Rabb, meski dosaku menumpuk, tapi kusadar maafmu begitu luas. Jika yang boleh berharap kepada-Mu hanya orang-orang baik, lalu kepada siapa para pendosa mengharap dan berdoa? Tiada jalan bagiku, kecuali berharap. Meminta maaf-Mu dan aku berserah diri.”
Dalam buku berjudul “Tuntunan Tobat” yang ditulis oleh Muhammad Nabil Dhaif (Penerbit Istanbul), Allah melarang para hamba-Nya berputus asa dari rahmat dan ampunan-Nya, karena pintu tobat selalu terbuka, kapan saja. Allah selalu menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya. Dia tidak menginginkan kehinaan dan kezaliman menimpa hamba-Nya.
Allah pun menangguhkan siksa para hamba agar mereka mau bertobat. Jika mereka bertobat, maka Allah akan menerimanya dengan memberi ampunan, meski dosa-dosanya membumbung setinggi langit dan membentang seluas bumi.
Dalam hadits qudsi, dari Anas bin Malik, dia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Allah berfirman, “Wahai Anak Adam, sungguh jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, pasti akan Aku ampuni dosa yang telah engkau perbuat dan Aku tidak memedulikannya.
 “Wahai Anak Adam, seandainya dosamu membumbung setinggi langit lalu engkau memohon ampunan kepada-Ku, pasti Aku ampuni semuanya.”
 “Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan membawa kesalahan seluas bumi, lalu menemui-Ku dan tidak menyekutukan-Ku, pasti Aku mendatangimu dengan ampunan seluas bumi pula.” (HR. Tirmidzi).
Allah bahkan lebih mendahulukan kasih sayang dan ampunan-Nya daripada azab-Nya. Itulah sebabnya, Allah memerintahkan agar para pendakwah memberi kabar gembira pada orang yang tobat, sebagaimana firman Allah:
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Akulah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang pedih.” (QS. Al Hijr: 49-50).


Diantara bukti kasih sayang Allah, Dia membiarkan hamba-Nya melakukan dosa dan kesalahan, sedang Dia melihat dan mengetahuinya. Allah kemudian memberi kesempatan hambanya untuk bertobat, bahkan tetap memberi limpahan rahmat nikmant dan rahmat.
Berbeda dengan alam yang menyaksikan perbuatan maksiat manusia. Langit dan bumi memohon pada Rabb-Nya agar segera menurunkan bencana. Tetapi Allah menjawab, “Biarkan Aku sendiri yang mengurus hamba-hamba-Ku. Andai kalian yang menciptakan mereka, pastilah kalian akan menyayangi mereka.”
Subhanallah, betapa sayangnya Allah, meski Dia mengetahui apa yang dilakukan hamba-hambanya. Diantara tanda sayangnya Allah adalah satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat pahalanya. Sedangkan satu keburukan hanya dicatat satu keburukan saja. 

Sumber : Islam Pos
Read more