Desa terpencil di kabupaten DEMAK yang bermimpi dikenal dunia luar melalui potensi alamnya dan prestasi warganya.
 

Pentingnya Sebuah Niat


Jragung - Karangawen - Demak
Penting banget ngawalin segala sesuatunya dengan basmalah: bismillaahirrahmaanirrahiim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Jadi berkah deh. Yang ga baca bismillaah, ga ada keberkahannya. Jadi pekerjaan biasa aja, yang ga punya nilai ibadah.
Sayang kan? Sayang jika pekerjaan dunia dengan gemilang kita lakukan, lalu hanya bernilai dunia saja. Ngapain? Wong tempat kita ga hanya di dunia ini saja. Yakni tempat kita itu ya di akhirat sana.
=====
Ini buat yang percaya bahwa kita akan mati, dan akan dibangkitkan. Dunia ini justru tempat kita ngumpulin bekel. Buat hidup yang lebih abadi lagi.
Kita suka lupa. Suka lalai. Dunia dihabisin sehabis-habisnya. Sampe lupa hal-hal penting yang bisa membawa kita kepada selamatnya kita di hari akhir.
Mengawali hari dengan bismillaah, adalah awal. Bukan satu-satunya. Tapi paling tidak, dia udah membuat apa yang kita lakukan, langsung bernilai. Yakni bernilai ibadah.
=====
Secara filosofi, jika kita mau sedikit memahami, maka itu adalah juga pengakuan. Pengakuan akan ketidakbisaan diri kita.
Pengakuan akan ga bisa apa-apanya kita tanpa Allah.
Dengan bismillaah, kita mengakui Allah sepenuh-penuhnya sebagai yang bisa membuat kita bisa berbuat begini dan begitu.
Hingga ga jadi sombong. Bisa hebat, karena Allah. Bisa sukses, karena Allah. Sebab Allah.
Bisa cantik, ganteng, menjabat ini menjabat itu, berkarir ini berkarir itu, bisa jual produk ini produk itu, bisa ngerjain ini ngerjain itu. Semuanya karena Allah. Sebab Allah.
=====
Dan emang apa juga yang kita “bisa lakukan”? Tanpa keterlibatan- Nya?
Wong kulit yang nempel di seluruh badan kita, dan bahkan jeroannya, semua dari Allah. Kaki, tangan, mata, telinga, semua dari Allah.
Hingga dengan bismillaah, kita mengakui dulu bahwa, “Ya Allah, semua ini adalah dari-Mu. Karena-Mu. Sebab-Mu.”
Hingga adalah wajar bila kemudian kita jadi harus berniat semua ini dikembalikan lagi untuk Allah. Buat Allah.
=====
Kalau tadi: Karena Allah. Sebab Allah. Sekarang; Buat Allah. Untuk Allah. Kita berbuat untuk-Nya. Pasang dah niat kita. Dengan niat begitu.
Lafalkan saja. Ga ada susahnya melafalkan. Ini kan kayak AFIRMASI POSITIF. “Ya Allah, saya kerja kan sebab Engkau nih.” Gitu misalnya.
“Maka saya niatkan saya kerja ini untuk-Mu…” Gitu.
Kembangkan ini ke semua aktifitas kita. Afirmasi akan mengingatkan kita tentang niat.
Kembangkan. Kembangkan. Kembangkan.
=====
Bisa jadi akan mengundang decak kagum. Tapi buat apa? Pembahasan inline dengan bismillah dan niat, akan bercabang ke urusan yang lain.
Misalnya ke urusan riya dan sombong.
Bila ga hati-hati, ga waspada, akan jadi riya dan sombong. Sekali lagi, kembangkan ya, ke semua aktifitas.
“Saya nulis ini untuk-Mu, ya Allah. Engkau udah ngasih saya tangan. Mudah-mudahan jadi dihitung ibadah nih jempol.” He he, gitu dah.
Jadi kayak ngembaliin semua fungsi dan tujuan hidup sesuai dengan apa yang diingini Allah.
=====
Saya pernah ditanya sama Mu’allim Syafii Hadzami almarhum. Ulama besar di Jakarta yang sudah wafat. Siapa yang bisa memilih lahirnya di mana?
Siapa yang bisa memilih warna kulitnya? Siapa yang bisa memilih jadi anak siapa? Hingga kemudian bisa memilih jadi anak orang kaya dan terpandang?
Ga ada juga yang bisa milih, saya mau lahir tanggal sekian dan jam sekian.
Meskipun sekarang sudah ada operasi cesar, yang boleh jadi bisa milih hari, tapi tetap aja semua proses awal tengah dan akhirnya, ga bisa lepas dari Allah.
=====
Sekali lagi, ga bisa seseorang punya keinginan di urusan saat dia lahir. Kalo gitu, tanya Mu’allim, urusan siapa tuh? Keinginan siapa tuh?
Maksudnya, keinginan siapa kita lahir? Dijawab oleh beliau: Keinginan Allah. Sepenuh-penuhnya keinginan Allah.
Dan karena keinginan Allah, maka kita kudu tahu apa yang Allah inginkan dari kita? Semua insyaAllah udah tahu jawabannya.
Dan keinginan Allah adalah: Kita semua beribadah kepada-Nya. Menyembah-Nya. Ini esensi kita hidup.
=====
Makanya kemaren saya bilang, ada guru yang hebat, ada murid yang hebat.
Tapi kehebatannya itu ga dibungkus sama bismillah dan niat. Maka pekerjaan guru dan aktifitas murid, hanya menjadi sesuatu yang biasa saja.
Beda bila keduanya berniat jadi ibadah. Dan bismillah. Maka kehebatan keduanya, jadi bernilai juga akhirat. Akan jadi sesuatu yang bernilai tambah di negeri akhir.
Seseorang, atau keluarga yang hebat pun akan dihadang sama neraka.
Yakni bila orang atau keluarga ini, hanya bersungguh-sungguh hidup enak di dunia, tidak sungguh-sungguh juga meniti hari akhir, ngumpulin bekel, bersusah payah jaga shalat, termasuk sunnahnya.
Bersungguh-sungguh nyari rezeki, dan bersungguh-sungguh juga sedekah dan zakatnya, serta amalan lain-lainnya.
Hingga keluarga ga sepi dari amalan negeri akhir. Maka keluarga ini disebut bahagia dunia dan insyaAllah bahagia di akhirat. Ga ada lagi keaku-an, dan kesiasiaan.
Aamiin.

0 komentar:

Posting Komentar