Desa terpencil di kabupaten DEMAK yang bermimpi dikenal dunia luar melalui potensi alamnya dan prestasi warganya.
 

Si Bahlul dan Sang Khalifah

Ilustrasi : media.smkn2tmg.net


Jragung, Karangawen, Demak -- Dalam bahasa Arab, "bahlul" berarti "bodoh atau sinting". Di zaman dinasti Abbasiyah pimpinan Harun Al-Rasyid, hiduplah seorang sufi yang dianggap sinting karena meninggalkan kebiasaan umumnya orang.

Kisah-kisah dia dan sufi-sufi lain kemudian dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul (Orang-orang Sinting yang Waras).Alkisah, pada suatu hari Harun Al-Rasyid lewat di hadapan Bahlul yang terlihat sedang duduk di dekat kuburan.

Harun iseng bertanya: "Wahai Bahlul, kapan kau waras?"

Sebelum menjawab ledekan itu, Bahlul beranjak dari tempatnya dan naik ke atas pohon. Dari atas pohon itu dia memanggil Harun sekuat tenaga.

"Wahai Harun yang gila, kapan engkau waras?"

Sambil menunggang kuda, Harun bergegas menghampirinya dan balas menghardik: "Siapa yang gila, aku atau engkau yangselalu duduk di kuburan?"

"Yang gila sebenar-benarnya adalah kau." Bahlul kembali menyengat.

"Bagaimana bisa begitu, hai orang sinting?"

Bahlul menjawab: "Sederhana saja. Aku tahu bahwa istanamu akan hancur dan kuburan ini akan terus kekal. Sungguh pandai orang sepertiku yang memakmurkan kuburan yang kekal melebihi istana yang bakal hancur."

"Dan sungguh sinting kau yang memakmurkan istanamu dan meninggalkan kuburanmu. Akibatnya engkau takut untuk dipindahkan dari istanamu ke kuburan ini, padahal kau tahu bahwa kau pasti akan masuk ke sini dengan meninggalkan yang di sana. Maka itu, sekarang hai Harun, siapa yang sinting dan siapa yang waras di antara kita?"

Harun terdiam lalu menangis sejadi-jadinya. Dia pergi tanpa mempedulikan Bahlul.[ ]

Sumber : Islam Indonesia


Sumber : Inilah

0 komentar:

Posting Komentar